Kamis, 02 April 2009

Layanan Perpustakaan Keliling Geraldton AU; Sebuah Pengalaman Seorang Teman di Negeri Seberang

Hari ini, untuk mengisi waktu luang, aku menjadi sukarelawan di perpustakaan Geraldton, Australia Barat. Tugasku membantu pertugas perpustakaan melakukan pelayanan ‘home bound’. Home bound maksudnya pelayanan perpustakaan keliling untuk orang-orang yang tidak dapat datang ke perpustakaan. Mereka adalah orang-orang tua yang kebanyakan tinggal di Panti Jompo.
Ini hari pertamaku bertugas, jadi Marry (petugas perpustakaan) menjelaskan banyak hal. Dia menunjukkan folder berisi daftar orang yang akan dikunjungi, alamat, dan keterangan. Yang dimaksud dengan keterangan adalah:
LP: maksudnya Large Print. Kebanyakan orang tua milih buku yang tulisannya besar, agar lebih mudah dibaca.
SP: maksudnya Small Print. Meskipun sudah tua, ada sebagian pelanggan yang tidak suka buku-buku bertulisan besar.
Mystery/ Thriller/ History/ CD/ DVD/ casette: keterangan buku jenis apa yang mereka suka baca. Ada pelanggan yang tidak suka buku romance sama sekali, ada yang sangat suka dst. Pelanggan juga boleh meminjam CD, kaset atau DVD.
Doesn’t always come out to the van: maksudnya orang tersebut tidak selalu keluar rumah untuk memilih langsung buku yang akan mereka baca di mobil perpustakaan keliling. Jadi petugas harus mengetuk pintu untuk memberi tahu bahwa mereka datang. Sebagian pelanggan sudah duduk-duduk di luar rumah menunggu mobil perpustakaan keliling datang.
choose 6 DVD, drama, no war: maksudnya, orang ini meminta petugas perpustakaan untuk memilih 6 DVD drama yang bukan mengenai perang. Orang ini akan senang hati menerima 6 DVD itu tanpa perlu memilih sendiri.
Ada pula pelanggan yang tidak pernah bertemu dengan petugas. Jadi petugas memilih buku untuk mereka tergantung pesanan, kemudian meletakkannya di dekat pintu, dan mengambil buku-buku yang sudah dibaca untuk dikembalikan ke perpustakaan.
Marry juga mengajari bagaimana melakukan scanning barcode buku saat peminjaman dan pengembalian.
Banyak hal-hal menarik yang kupelajari dari pengalaman pertama ini.
Aku belajar betapa personalnya pelayanan perpustakaan kepada pelanggannya. Hal ini tercermin dari pemilihan buku oleh petugas. Ada pelanggan yang buta, karenanya petugas tidak bisa memilih buku, namun mereka harus membawakan kaset-kaset untuknya. Petugas harus dapat memilih dengan benar buku yang pelanggannya mau baca, dan belum pernah dibaca. Unik sekali cara pelanggan memberi tanda bahwa mereka sudah pernah membaca suatu buku. Kebanyakan pelanggan akan menulis inisial nama mereka di kertas putih yang ditempel di halaman pertama buku tersebut. Tapi ada juga pelanggan yang menggambar bentuk, seperti awan, untuk menandakan bahwa dia sudah membaca suatu buku. Ini membuat petugas ingat. Marry memintaku memastikan bahwa buku-buku yang akan diberikan ke Mrs Hew belum ada gambar awan-nya.
Dengan Mrs Hew pula, ada suatu pelajaran yang benar-benar mengena. Ceritanya, sebagian buku yang Marry pilih, tidak tepat. (Marry juga belum lama menjalankan program ini, jadi belum hafal). Mrs Hew tidak suka buku bertulisan besar, dan ada satu buku yang dia tidak suka temanya. Saat kami sampai ke tujuan berikutnya, ternyata Mrs Hew mengikuti, naik mobil. Dengan tertatih-tatih, Ia mengembalikan buku-buku itu dan meminta petugas mengganti dengan buku bertulisan kecil, dan sesuai dengan minatnya. Marry agak panik karena dia tidak yakin di mobil ada buku bertulisan kecil dengan tema misteri. Dia berusaha keras menelusuri deretan buku untuk menemukan buku yang kira-kira akan disukai Mrs Hew. Mrs Hew melihat ke arahku yang berdiri di sampingnya tanpa tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Maaf, saya tidak bermaksud merepotkan, tapi buku benar-benar penting bagi saya. Membaca buku adalah satu-satunya yang bisa saya lakukan.” Seketika itu juga aku sadar, betapa pentingnya buku bagi mereka, orang-orang itu. Mereka mengisi hari tuanya hanya dengan membaca buku. Hiburan mereka. Mereka tidak hidup dengan keluarganya. Sebagian hidup sendiri di rumah, sebagian tinggal di panti jompo. Memang, di panti jompo ada kelas craft, dimana mereka bisa membuat kerajinan, atau ada kelas senam, tapi setelah itu? Membaca buku menjadi salah satu pilihan tepat untuk melewatkan waktu.
Karena itu, aku mengerti, kenapa saat kami bilang “sampai jumpa 2 minggu lagi”, ada pelanggan yang ngotot bilang “see you next week”. Mereka benar-benar butuh buku datang sering-sering.

Mobil Pintar VS Perpustakaan Keliling

Mobil Pintar serupa tapi tak sama dengan perpustakaan keliling, lalu apa yang berbeda dengan perpustakaan keliling, isinya bebeda dengan perpustakaan keliling yang sampai saat ini hanya berisi buku saja sementara mobil pintar isinya beragam, ada buku, televisi, dan permainan anak. Kalau dilihat dari tujuan program ini sebenarnya tujuannya sama dengan perpustakaan keliling, ya hanya saja modal mobil pintar lebih kuat dari perpustakaan keliling, nyatanya di mobil pintar ada televisi dan komputer.Jadi berpikir, daripada bikin program baru kenapa tidak memaksimalkan yang sudah ada. Padahal, menurut pengalaman kami di lapangan, pengguna perpustakaan keliling cukup banyak, permintaan terhadap kunjungan perpustakaan keliling pun cukup banyak. Namun kenapa layanan mobil perpustakaan keliling kurang maksimal ? Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu1. Terbatasnya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan daerah Apa hubungannya? Ada, karena koleksi perpustakaan keliling merupakan koleksi perpustakaan daerah. Tiap mobil katakanlah membawa 2000 koleksi (koleksi alias eksemplar bukan judul), sementara koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan daerah saat itu tak sampai 20.000. Maka, terbayang jika ke-3 mobil itu katakanlah membawa masing-masing 2.000 koleksi, alhasil yang tersisa di perpustakaan daerah kurang dari 14.000 eksemplar.2. Kurang kerjasama dengan pihak lain saya pikir, kurangnya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan keliling bisa disiasati dengan mengadakan kerjasama dengan organisasi lain yang concern dengan buku, misalnya 1001 buku. Kenapa penting? Karena yang selalu menjadi alasan sulitnya pengembangan koleksi adalah masalah dana, maka kerjasama bisa menjadi salah satu solusi. Sudah bukan rahasia lagi, anggaran untuk perpustakaan tidaklah besar maka itu semua tergantung kepala perpustakaan untuk mengembangkan perpustakaan, dan memaksimalkan semua potensi yang dimilki oleh perpustakaan tersebut. Kini, muncul mobil pintar, motor pintar mungkin tak lama lagi akan ada gerobak pitar, dengan fungsi dan tujuan yang kurang lebih sama. Seperti yang selalu diucapkan oleh pemrakarsa mobil pintar pada setiap even penyerahan bantuan mobil pintar, bahwa "tujuan mobil pintar adalah untuk menjangkau anak-anak di pelosok-pelosok agar pengetahuan mereka meningkat (kurang lebih begitu), agar mereka mengenal komputer, itu sebabnya kami juga melucurkan motor pintar agar benar-benar samapi ke pelosok."Nah, lalu apa bedanya dengan perpustakaan keliling??Tujuan dasarnya sama, meningkatkan minat baca yang kemudian berdampak pada meningkatanya pengetahuan mereka.Haaa..semoga ini bukan pikiran sinis yang muncul dari seorang pustakawan, hanya saja saya rasa dari pada buang-buang uang, apalagi uang negara, untuk membuat program baru yang sebenarnya juga sama dengan program yang sudah ada, lebih baik memaksimalkan yang sudah ada, dana yang ada berikan ke perpustakaan keliling, perbaiki kualitas pelayanannya, maksimalkan kinerja SDM dan koleksi yang ada, sehingga pengaruhnya bisa lebih terasa……mak…..nyooosss. Ya, tapi saya berharapa semoga mobil pintar dan motor pintar bisa membuat pintar semua anak Indonesia...Amiin...
By : Beny.