Apakah Kita Masih Terikat Pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928?
Ada kecenderungan yang tidak sehat di kalangan redaksi dan para pemancar televisi dan radio yang menganggap bahwa bahasa Indonesia itu merupakan barang murahan saja.
Mungkin sekitar sepuluh tahun yang lalu kita semua pernah disibukkan oleh larangan menggunakan bahasa Inggris sebagai nama toko maupun nama pengembang dan produknya. Tapi sekarang sepertinya trend sudah berubah. Jadi kalau yang tinggal di Bumi Serpong Damai maka sekarang orang lebih kenal BSD City. Begitu juga tampaknya pada berbagai fasilitas umum, dari busway, shuttle bus, sampai tulisan Police tanpa bahasa Indonesia.
Karena ketakutan anak-anak era ini ketinggalan dalam perkembangan persaingan global, maka jadilah semua anak Indonesia bukan hanya di perkenalkan kepada bahasa Inggris sebagai bahasa kedua melainkan juga dijadikan sebagai semacam bahasa ibu mereka.
Menurut seorang teman yang ikut dalam aliran memilih bahasa pengantar bahasa Inggris bagi bahasa sehari-hari anaknya, hal ini akan lebih berguna di masa depannya. Menurut dia, bahasa Indonesia akan mudah dipelajari di kemudian hari.
Melalui artikel ini saya ingin bertanya kepada pembaca, apa arti Sumpah Pemuda 1928 bagi kita? Adakah generasi sekarang dan akan datang masih akan terikat pada kesatuan yang dicanangkan sebagai Sumpah Pemuda ini?